Vol. 1, No. 2, Januari 2020
p-ISSN 2775-3832 ; e-ISSN 2775-7285
78
http://matriks.greenvest.co.id
PENERAPAN METODE PEMBIASAAN PADA KOMPETENSI DASAR
MENJELASKAN KETENTUAN SALAT BERJEMAAH DI MTs
ASYROFUDDIN CONGGEANG SUMEDANG
Labisal Fitri Al Qolbi
SMK Syntax Business School Cirebon Jawa Barat, Indonesia
Email: labisal33@gmail.com
Diterima:
6 Oktober 2019
Direvisi:
8 November
2019
Disetujui:
6 Desember
2019
Abstrak
Penelitian ini bertolak pada kegiatan yang menjadi sebuah kewajiban
selaku hamba Allah yang senantiasa diperintahkan untuk
mengerjakannya. Penelitian ini berasumsi terhadap penerapan
metode pembiasaan dalam melaksanakan salat berjemaah dengan
harapan dapat memberikan sebuah kemudahan kepada para peserta
didik guna memahami ketentuan-ketentuan tentang salat berjemaah
tersebut. Karakteristik seseorang bisa dirubah dengan terbiasanya
melakukan kegiatan yang menjadi tujuan, seperti halnya salat
berjemaah. Lebih terbiasanya siswa dalam melaksanakan salat
berjemaah maka karakteristik cenderung lebih disiplin membagi
waktu dalam kegiatan sehari-hari. Kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pembiasaan ini
dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang ketentuan salat
berjemaah. Dengan pemahaman yang semakin baik terhadap
ketentuan salat berjemaah maka siswa akan semakin baik dan teliti
dalam melaksanakan ibadahnya yaitu salat berjemaah dan amaliah
lainnya. Selain itu, pemahaman siswa tentang ketentuan salat
berjemaah menjadi semakin optimal dengan menggunakan metode
pembiasaan ini, terbukti dengan berkurangnya siswa yang sering
memilih saf di belakang daripada saf di depan.
Kata Kunci: Metode Pembelajaran; Salat Berjemaah; Kompetensi
Abstract
This research is based on the activity that becomes an obligation as
a servant of God who is always instructed to do it. This study
assumes the application of habituation methods in performing
congregational prayers in the hope of providing an ease to the
learners in order to understand the provisions on the congregational
prayer. The characteristics of a person can be changed by the habit
of doing activities that become the purpose, as well as prayers. More
familiarity of students in performing prayers congregation then
characteristics tend to be more disciplined dividing time in daily
activitiesThe conclusion obtained from this study is that using this
habituation method can improve students' understanding of the
provisions of congregational prayer. With a better understanding of
the provisions of congregational prayer, students will be better and
more thorough in performing their worship, namely congregational
prayers and other practices. In addition, students' understanding of
the provisions of congregational prayer becomes more optimal by
using this habituation method, as evidenced by the decrease in
students who often choose saf at the back rather than saf in front.
Keywords: Learning Methods; Pray In Congregation; Competence
Penerapan Metode Pembiasaan pada Kompetensi Dasar
Menjelaskan Ketentuan Salat Berjemaah di MTs
Asyrofuddin Conggeang Sumedang
Matriks: Jurnal
Sosial dan Sains
79
Pendahuluan
Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan nilai, karena lebih banyak
menonjolkan aspek nilai (Al Farisi, 2020), baik nilai ketuhanan maupun nilai
kemanusiaan, yang hendak ditanamkan atau dikembangkan ke dalam diri peserta didik
sehingga dapat melekat pada dirinya dan menjadi kepribadiannya (Nisa, 2013).
(Muhaimin, 2003) mengatakan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
selama ini berlangsung agaknya terasa kurang terkait atau kurang concern terhadap
persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi
“makna” dan “nilai” yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik, untuk
selanjutnya menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk bergerak, berbuat, dan
berperilaku secara konkret agamis dalam kehidupan praktisi sehari-hari.
Proses internalisasi nilai ajaran Islam menjadi sangat penting bagi peserta didik
untuk dapat mengamalkan (Sofanudin, 2015) dan mentaati ajaran dnilai-nilai agama
dalam kehidupannya, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam tercapai (Utomo, 2018).
Upaya dari pihak sekolah untuk dapat menginternalisasikan nilai ajaran Islam kepada diri
peserta didik menjadi sangat penting (Sulfemi, 2018), dan salah satu upaya tersebut
adalah dengan metode pembiasaan di lingkungan sekolah (Ahsanulkhaq, 2019). Metode
pembiasaan tersebut adalah dengan menciptakan suasana religius di sekolah (Ibrahim,
Sarbini, & Maulida, 2019), karena kegiatankegiatan keagamaan dan praktik-praktik
keagamaan yang dilaksanakan secara terprogram (Ibtidayah, 2016) dan rutin
(pembiasaan) diharapkan dapat mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai
ajaran Islam secara baik kepada peserta didik (Azhani, Chusniatun, & Abidin, 2017).
Metode pembiasaan tersebut juga diterapkan di MTs Asyrofuddin sebagai salah
satu upaya menginternalisasikan nilainilai ajaran Islam kepada diri peserta didik,
sehingga peserta didik dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Bentuk pembiasaan yang diterapkan di MTs Asyrofuddin salah
satunya adalah salat zuhur berjemaah. Selain itu salat duha, membaca Alquran sebelum
pelajaran dimulai, membaca doa sebelum dan sesudah belajar, berjabat tangan dan
mengucapkan salam. Pembiasaan adalah sesuatu yang dibiasakan, yaitu dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya
(Berlianti, Kurniawan, & Cikdin, 2020). Dengan pendekatan ini, siswa dibiasakan
mengamalkan ajaran agama, baik secara individual maupun secara kelompok dalam
kehidupan sehari-hari (Isbakhi, 2018). Metode berarti cara yang teratur dan ilmiah dalam
mencapai maksud untuk memperoleh ilmu atau cara kerja yang sistematis untuk
mempermudah suatu kegiatan dalam mencapai maksudnya (Salim & Salim, 1991).
Jadi metode pembiasaan yang dimaksud adalah suatu cara yang dilakukan oleh
pendidik dengan memberikan latihan-latihan (Khunnisaq, 2020) atau tugas-tugas kepada
siswa terhadap suatu perbuatan tertentu, agar siswa mempunyai kebiasaan yang sesuai
dengan ajaran Islam. Sebagian besar siswa dalam pelaksanaan salat berjemaah tergolong
aktif namun seringkali apa yang mereka kerjakan dalam salat kebanyakan tidak tahu atau
belum paham tentang apa yang mereka kerjakan (Rajab, 2018), seperti iktidal, doa kunut,
imam, makmum dan lain sebagianya.
Salat merupakan kegiatan fisik yang ditunjang dengan kondisi jiwa yang bersih
(Dwi, 2018). Maka mereka adalah orang-orang yang egaliter, bertauhid, dan bersatu padu
(Hidayat & Suwanto, 2020). Sungguh Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam yang
mulia telah memotivasi kita untuk gandrung pergi ke masjid-masjid, serta selalu
konsisten dalam berjemaah. Selain itu juga kita diajarkan bahwa setiap langkah yang
diayunkan menuju masjid, menyebabkan derajat terangkat dan kesalahan terhapuskan.
Sejatinya momentum isro mikraj adalah membentuk karakter bangsa. Inti dari
peristiwa isro mikraj adalah diperintahnya kita untuk mendirikan salat dalam semua aspek